Kerajinan Tangan Khas Jogja Di Teras Malioboro

Yogyakarta adalah tempat wisata yang terkenal dan identik dengan kebudayaan dan adat istiadatnya yang kental. Setiap wisatawan lokal maupun yang dari berbagai macam negara datang berwisata ke Jogja untuk melihat, menikmati serta mempelajari uniknya kebudayaan dan adat istiadat disini.

Pergi berwisata ke suatu daerah atau negara, pastilah yang dicari adalah oleh-oleh khas dari negara atau kota yang dituju. Oleh-oleh tidak juga melulu berupa makanan, tapi bisa juga berupa Craft atau kerajinan tangan khas yang dibuat disana. Craft atau kerajinan bisa berupa Kain, Kayu, Logam, Perak, Resin yang dicetak atau bahkan batu yang di ukir.

Craft atau kerajinan tangan adalah aktivitas yang melibatkan keterampilan tangan, sehingga menghasilkan suatu karya dalam bentuk barang yang memiliki nilai estetika dan kegunaan. Semakin rumit proses pengerjaan kerajinan tersebut, maka semakin tinggi kualitas serta nilai jualnya. Sumber : https://balitteknologikaret.co.id/pengertian-kerajinan-tangan/

Berikut beberapa Craft atau Kerajinan Tangan khas Yogyakarta yang dapat di jumpai di Teras Malioboro :

  1. Hiasan Dinding Kayu Yang Aesthetic
    Hiasan dinding yang terbuat dari kayu akan membuat tampilan rumahmu menjadi lebih aesthetic dan akan membuat rumah terasa lebih nyaman, karena kayu yang memiliki warna lembut sehingga bisa menghilangkan stress dan lelah akibat bekerja. Dalam dunia desain interior, hiasan dinding kayu yang estetik tidak hanya menghias ruangan, tetapi juga mengekspresikan karakter dan kreativitas, memberikan sentuhan personal yang tak tertandingi. Hiasan dinding ini bisa dibeli atau dicari di Teras Malioboro 1 Gedung A lantai 1.
  2. Asbak Aesthetic Terbuat Dari Resin
    Asbak yang unik ini sangat lucu, perpaduan antara fungsi dan estetikanya membuat siapapun yang melihatnya ingin membeli dan menggunakannya. Asbak yang terbuat dari resin adalah contoh sempurna, bagaimana material modern dan seni bisa bersatu, menciptakan sebuah objek estetik yang tak hanya berfungsi praktis, tetapi juga memberikan daya tarik visual yang unik. Asbak yang diproduksi dengan keahlian dalam teknik resin menciptakan sentuhan seni yang tahan lama dalam setiap helaan rokok, menjadikannya lebih dari sekadar wadah, tetapi juga sebuah karya seni yang memikat. Asbak yang lucu ini bisa kalian dapatkan di Teras Malioboro 1, Gedung A lantai 1.
  3. Gantungan Kunci Unik Mirip Gorengan
    Gantungan kunci unik ini sangat lucu karena bentuknya yang sangat mirip dengan gorengan yang asli yang identic dengan warung makan pinggir jalan khas Yogyakarta yang disebut Angkringan, jadi pengen makan gorengan deh pas liat bentuknya. Yang unik dari gantungan kunci ini adalah kemiripan dengan gorengan sesungguhnya yang tentunya mengundang selera!, Desain yang menggemaskan semacam itu bisa menjadi pilihan yang menghibur dan memancing senyum setiap kali Anda melihatnya. Selain dari bentuk lucu yang menyerupai gorengan, gantungan kunci ini memang memiliki daya tarik tersendiri yang sulit untuk tidak tersenyum setiap kali melihatnya, karena seakan-akan mengingatkan kita pada kenikmatan makanan yang lezat. Hal ini menjadi bukti sempurna bahwa kreativitas bisa ditemukan dalam hal-hal kecil. Setiap kali melihatnya, rasanya seperti menggigit satu potong kebahagiaan yang lezat.
  4. Tas Canvas Lukis Wajah, Bisa Custom loh
    Di Teras Malioboro ada Tenant yang menjual Tas Canvas lukis wajah yang unik loh, kita bisa request ingin digambar wajah seperti apa ke penjualnya. Tas canvas yang dapat dilukis wajah dengan desain sesuai keinginan adalah cara brilian untuk menjadikan aksesoris pribadi Anda menjadi sebuah kanvas berjalan yang membawa kisah unik. Dari senyum hingga kenangan istimewa, ini adalah cara yang kreatif dan emosional untuk membawa sepotong diri Anda ke dalam setiap langkah Anda. Untuk letak lapak nya ada di Teras Malioboro 1, Gedung A lantai 1.
  5. Mainan Jadul Yang Terbuat Dari Kayu
    Kalian tahu kan mainan anak yang mengeluarkan bunyi otok-otok ketika diputar, di Teras Malioboro ada Tenant yang menjual mainan otok-otok. Tidak hanya itu tapi masih banyak lagi, seperti mainan mobil-mobilan, sepeda, helikopter yang terbuat dari kayu. Selain digunakan sebagai mainan anak, bisa juga loh digunakan untuk menghiasi rumah supaya terlihat lebih aestethic, dan berkesan kuno.

Masih ada banyak sekali kerajinan tangan yang anda dapat dijumpai di Teras Malioboro ini,selain kerajinan tangan di Teras Malioboro juga menjual beraneka jenis fashion, ada Tas, Lurik, Blangkon, Kaos dan masih banyak lagi. Ayo datang kesini dan nikmasti fasilitas yang menyenangkan di Teras Malioboro. Untuk info lebih lanjut mengenai Teras Malioboro anda bisa melihat IG @terasmalioboro_ atau kunjungi website di https://terasmalioboro.jogjaprov.go.id/ #WisataBelanjanyaJogja.

Sultan Hamengku Buwono X

Sultan Hamengku Buwono X

Terlahir dengan nama Bendara Raden Mas (BRM) Herjuno Darpito pada tanggal 2 April 1946 di Yogyakarta, kemudian menghabiskan sepanjang hidupnya di kota yang ia cintai, Sri Sultan Hamengku Buwono X tumbuh menjadi pribadi yang sangat dekat dengan kota dan rakyatnya. Setelah dewasa beliau ditunjuk oleh ayahandanya sebagai Pangeran Lurah atau yang dituakan diantara semua pangeran di Keraton Yogyakarta. Mas Jun, begitu beliau biasa disapa pada saat muda, kemudian diberi gelar Kanjeng Gusti Pangeran Harya (KGPH) Mangkubumi.

Sebelum bertakhta sebagai Sultan Yogyakarta, KGPH Mangkubumi sudah terbiasa dengan pelbagai urusan di pemerintahan. Beliau sering diminta membantu tugas-tugas ayahandanya, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, yang saat itu menjabat sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia. Selain itu, KGPH Mangkubumi sendiri juga aktif di berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan. Beberapa jabatan yang pernah beliau emban diantaranya sebagai Ketua Umum Kadinda DIY, Ketua DPD Golkar DIY, Ketua KONI DIY dan Presiden Komisaris PG Madukismo.

Pada tanggal 2 Oktober 1988 Sri Sultan Hamengku Buwono IX wafat. KGPH Mangkubumi kemudian menjadi calon paling tepat untuk menjadi Sultan berikutnya. Proses suksesi ini menjadi hal yang baru dalam sejarah Keraton Yogyakarta. Pada era sebelumnya, setiap Sultan yang akan dilantik harus mendapat persetujuan dari Belanda.

Sesaat sebelum dinobatkan, KGPH Mangkubumi mendapat gelar Kanjeng Gusti Pangeran Arya Adipati Hamengku Negara Sudibyo Raja Putra Nalendra Mataram yang bermakna sebagai putera mahkota. Setelah itu, baru kemudian secara sah beliau dinobatkan sebagai Sultan di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat pada tanggal 7 Maret 1989 atau Hari Selasa Wage, tanggal 29 Rajab 1921 berdasarkan penanggalan Tahun Jawa.

Menjadi Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta

Setelah Paku Alam VIII wafat, dan melalui beberapa perdebatan, pada 1998 ia ditetapkan sebagai Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta dengan masa jabatan 1998-2003. Dalam masa jabatan ini Hamengkubuwana X tidak didampingi Wakil Gubernur. Pada tahun 2003 ia ditetapkan lagi, setelah terjadi beberapa pro-kontra, sebagai Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta untuk masa jabatan 2003-2008. Kali ini ia didampingi Wakil Gubernur yaitu Paku Alam IX.

Sebagai Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, ia tidak menguber penghargaan dan piagam pengakuan. Menurutnya, peradaban kota memerlukan sentuhan kasih dan hati nurani

“Kota kita tidak memerlukan kata pujian yang berlebihan. Dia hanya perlu sentuhan kasih dari hati nurani kita.” (Kutipan dari Monumen Tapak Prestasi, Yogyakarta)

Sejarah Yogyakarta

Yogyakarta

Daerah Istimewa Yogyakarta atau biasa disingkat dengan DIY adalah salah satu daerah otonom setingkat provinsi yang ada di Indonesia. Provinsi ini beribukota di Yogyakarta. Dari nama daerah ini yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta sekaligus statusnya sebagai Daerah Istimewa. Status sebagai Daerah Istimewa berkenaan dengan runutan sejarah berdirinya provinsi ini, baik sebelum maupun sesudah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Menurut Babad Gianti, Yogyakarta atau Ngayogyakarta (bahasa Jawa) adalah nama yang diberikan Paku Buwono II (raja Mataram tahun 1719-1727) sebagai pengganti nama pesanggrahan Gartitawati.

Yogyakarta berarti Yogya yang kerta, Yogya yang makmur, sedangkan Ngayogyakarta Hadiningrat berarti Yogya yang makmur dan yang paling utama. Sumber lain mengatakan, nama Yogyakarta diambil dari nama (ibu) kota Sanskrit Ayodhya dalam epos Ramayana. Dalam penggunaannya sehari-hari, Yogyakarta lazim diucapkan Jogja(karta) atau Ngayogyakarta (bahasa Jawa). Sebelum Indonesia merdeka, Yogyakarta sudah mempunyai tradisi pemerintahan karena Yogyakarta adalah Kasultanan, termasuk di dalamnya terdapat juga Kadipaten Pakualaman. Daerah yang mempunyai asal-usul dengan pemerintahannya sendiri, di jaman penjajahan Hindia Belanda disebut Zelfbesturende Landschappen. Di jaman kemerdekaan disebut dengan nama Daerah Swapraja.

Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat berdiri sejak 1755 didirikan oleh Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sultan Hamengku Buwono I. Kadipaten Pakualaman, berdiri sejak 1813, didirikan oleh Pangeran Notokusumo, (saudara Sultan Hamengku Buwono II ) kemudian bergelar Adipati Paku Alam I. Baik Kasultanan maupun Pakualaman, diakui oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai kerajaan dengan hak mengatur rumah tangga sendiri.

Semua itu dinyatakan di dalam kontrak politik. Terakhir kontrak politik Kasultanan tercantum dalam Staatsblad 1941 No. 47 dan kontrak politik Pakualaman dalam Staatsblaad 1941 No. 577. Pada saat Proklamasi Kemerdekaan RI, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII mengetok kawat kepada Presiden RI, menyatakan bahwa Daerah Kasultanan Yogyakarta dan Daerah Pakualaman menjadi bagian wilayah Negara Republik Indonesia, serta bergabung menjadi satu mewujudkan satu kesatuan Daerah Istimewa Yogyakarta. Sri sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII sebagai Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia. Pegangan hukumnya adalah :

1.Piagam kedudukan Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII tertanggal 19 Agustus 1945 dari Presiden Republik Indonesia.
2.Amanat Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Amanat Sri Paku Alam VIII tertanggal 5 September 1945 ( yang dibuat sendiri-sendiri secara terpisah).
3.Amanat Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII tertanggal 30 Oktober 1945 ( yang dibuat bersama dalam satu naskah ).

Dari 4 Januari 1946 hingga 17 Desember 1949, Yogyakarta menjadi Ibukota Negara Republik Indonesia, justru dimasa perjuangan bahkan mengalami saat-saat yang sangat mendebarkan, hampir-hampir saja Negara Republik Indonesia tamat riwayatnya. Oleh karena itu pemimpin-pemimpin bangsa Indonesia yang berkumpul dan berjuang di Yogyakarta mempunyai kenangan tersendiri tentang wilayah ini. Apalagi pemuda-pemudanya yang setelah perang selesai, melanjutkan studinya di Universitas Gajah Mada, sebuah Universitas Negeri yang pertama didirikan oleh Presiden Republik Indonesia, sekaligus menjadi monumen hidup untuk memperingati perjuangan Yogyakarta.

Pada saat ini Keraton Yogyakarta dipimpin oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Puro Pakualaman oleh Sri Paduka Paku Alam IX. Keduanya memainkan peranan yang sangat menentukan di dalam memelihara nilai-nilai budaya dan adat-istiadat Jawa dan merupakan pemersatu masyarakat Yogyakarta. Dengan dasar pasal 18 Undang-undang 1945, Dewan Perwakilan Rakyat Propisni Daerah Istimewa Yogyakarta menghendaki agar kedudukan sebagai Daerah Istimewa untuk Daerah Tingkat I, tetap lestari dengan mengingat sejarah pembentukan dan perkembangan Pemerintahan Daerahnya yang sepatutnya dihormati.

Pasal 18 undang-undang dasar 1945 itu menyatakan bahwa “ pembagian Daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang dengan memandang dan mengingat dasar permusyawaratan dalam sistem Pemerintahan Negara dan hak-hak asal-usul dalam Daerah-daerah yang bersifat Istimewa “. Sebagai Daerah Otonom setingkat Provinsi, Daerah Istimewa Yogyakarta dibentuk dengan Undang-undang No.3 tahun 1950, sesuai dengan maksud pasal 18 UUD 1945 tersebut. Disebutkan bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta adalah meliputi bekas Daerah/Kasultanan Yogyakarta dan Daerah Pakualaman. Sebagai ibukota Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Kota Yogyakarta kaya predikat, baik berasal dari sejarah maupun potensi yang ada, seperti sebagai kota perjuangan, kota kebudayaan, kota pelajar, dan kota pariwisata.

Sebutan kota perjuangan untuk kota ini berkenaan dengan peran Yogyakarta dalam konstelasi perjuangan bangsa Indonesia pada jaman kolonial Belanda, jaman penjajahan Jepang, maupun pada jaman perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Yogyakarta pernah menjadi pusat kerajaan, baik Kerajaan Mataram (Islam), Kesultanan Yogyakarta maupun Kadipaten Pakualaman. Sebutan kota kebudayaan untuk kota ini berkaitan erat dengan peninggalan-peninggalan budaya bernilai tinggi semasa kerajaan-kerajaan tersebut yang sampai kini masih tetap lestari. Sebutan ini juga berkaitan dengan banyaknya pusat-pusat seni dan budaya. Sebutan kata Mataram yang banyak digunakan sekarang ini, tidak lain adalah sebuah kebanggaan atas kejayaan Kerajaan Mataram.

Predikat sebagai kota pelajar berkaitan dengan sejarah dan peran kota ini dalam dunia pendidikan di Indonesia. Di samping adanya berbagai pendidikan di setiap jenjang pendidikan tersedia di provinsi ini, di Jogja terdapat banyak mahasiswa dan pelajar dari seluruh daerah di Indonesia. Tidak berlebihan bila Jogja disebut sebagai miniatur Indonesia. Sebutan Jogja sebagai kota pariwisata menggambarkan potensi propinsi ini dalam kacamata kepariwisataan. Jogja adalah daerah tujuan wisata terbesar kedua setelah Bali. Berbagai jenis obyek wisata dikembangkan di wilayah ini, seperti wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya, wisata pendidikan, bahkan, yang terbaru, wisata malam. Disamping predikat-predikat di atas, sejarah dan status Jogja merupakan hal menarik untuk disimak. Nama daerahnya memakai sebutan DIY sekaligus statusnya sebagai Daerah Istimewa. Status Jogja sebagai Daerah Istimewa berkenaan dengan runutan sejarah Jogja, baik sebelum maupun sesudah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.

Keraton Yogyakarta

Keraton Yogyakarta

Keraton Yogyakarta sudah menjadi paket yang tidak bisa dipisahkan lagi sebagai simbol keistimewaan yang dimiliki oleh kota Jogja. Kawasan Keraton Yogyakarta ini merupakan peninggalan sejarah dan ikon Kesultanan Yogyakarta yang memberikan daya tarik tersendiri bagi para wisatwan yang sedang berkunjung ke Kota Jogja.

Jika kamu mengunjungi Keraton Jogja, sobat bisa menemukan banyak hal menarik mulai dari kekayaan budaya hingga nilai-nilai sejarah yang bisa sobat dapatkan ketika mengunjungi keraton ini. Hal inilah yang menjadikan kawasan keraton sebagai tempat wisata yang selalu ramai dikunjungi wisatawan.

Untuk mengunjungi Keraton Yogyakarta ini sangat mudah karna banyak paket wisata yang menawarkan keraton sebagai destinasi kunjungan. Sebelum sobat mengunjungi Keraton Yogyakarta, ada baiknya kamu mengetahui terlebih dahulu sejarah singkat berdirinya keraton ini.

Sejarah Keraton Yogyakarta

keraton yogyakarta

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta mulai didirikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I beberapa bulan pasca Perjanjian Giyanti pada tahun 1755. Lokasi keraton ini konon adalah bekas sebuah pesanggarahan yang bernama Garjitawati. Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat iring-iringan jenazah raja-raja Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan dimakamkan di Imogiri.

Versi lain menyebutkan lokasi keraton merupakan sebuah mata air, Umbul Pacethokan, yang ada di tengah hutan Beringan. Sebelum menempati Keraton Jogja, Sultan Hamengku Buwono I berdiam di Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman.

Secara fisik istana para Sultan Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti yaitu Siti Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan). Selain itu Keraton Jogja memiliki berbagai warisan budaya baik yang berbentuk upacara maupun benda-benda kuno dan bersejarah.

Di sisi lain, Keraton Jogja juga merupakan suatu lembaga adat lengkap dengan pemangku adatnya. Oleh karenanya tidaklah mengherankan jika nilai-nilai filosofi begitu pula mitologi menyelubungi keraton ini. Dan untuk itulah pada tahun 1995 Komplek Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dicalonkan untuk menjadi salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO.

Sejarah Jalan Malioboro

Jalan Malioboro

Malioboro merupakan nama salah satu jalan di pusat Kota Yogyakarta. Jalan Malioboro itu sendiri merupakan salah satu jalan dari tiga jalan di Kota Yogyakarta yang membentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke perempatan Kantor Pos Yogyakarta. Secara keseluruhan terdiri dari Jalan Pangeran Mangkubumi, Jalan Malioboro, dan Jalan Jend. A. Yani. Jalan Malioboro merupakan poros Garis Imajiner Kraton Yogyakarta.

Asal nama Malioboro sendiri berasal dari bahasa sansekerta malyabhara yang berarti karangan bunga. Adapula beberapa ahli yang berpendapat asal kata nama Malioboro berasal dari nama seorang kolonial Inggris yang bernama Marlborough yang pernah tinggal di Jogja pada tahun 1811- 1816 M.

Pemerintah Hindia Belanda membangun Malioboro sebagai kawasan pusat perekonomian dan pemerintahan pada awal abad 19. Malioboro mulai populer pada era kolonial (1790-1945). Ketika itu, pemerintah Belanda membangun Benteng Vredeburg tahun 1790 di ujung selatan Malioboro. Belanda juga membangun Dutch Club atau Societeit Der Vereneging Djokdjakarta (1822), The Dutch Governor’s Residence (1830), Javasche Bank, dan Kantor Pos.

Ostarine: Side Effect Free dianabol price smart ways to maximise muscle-growth using supersets

Perkembangan Malioboro semakin pesat, ditambah dengan adanya perdagangan antara pemerintah Belanda dengan pedagang Tionghoa. Hingga tahun 1887, Jalan Malioboro dibagi dua setelah Stasiun Tugu Yogya dibangun. Malioboro juga memiliki peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Di jalan ini pernah terjadi pertempuran hebat antara pejuang Tanah Air dengan pasukan kolonial Belanda yang dikenal dengan peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949. Pasukan Merah Putih berhasil menaklukkan kekuatan Belanda dan menduduki Yogyakarta setelah enam jam bertempur.

Hingga saat ini, Malioboro terus berkembang dengan tetap mempertahankan konsep aslinya dulu, Malioboro jadi pusat kehidupan masyarakat Yogya. Tempat-tempat strategis seperti Kantor Gubernur DIY, Gedung DPRD DIY, Pasar Induk Beringharjo, Teras Malioboro hingga Istana Presiden Gedung Agung juga berada di kawasan ini.

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta terus melakukan perbaikan untuk menata Malioboro menjadi kawasan yang nyaman untuk disinggahi. Pada tahun 2016 ini pemerintah telah berhasil mensterilkan parkir kendaraan dari Malioboro dan tengah menata kawasan ini di sisi timur untuk pedestrian. Warung-warung lesehan hingga saat ini masih dipertahankan untuk mempertahankan ciri khas Malioboro. Kemudian pada tahun 2022, seluruh PKL di Jalan Malioboro dipindahkan ke Kawasan Teras Malioboro sehingga jalan ini menjadi lebih rapi dan nyaman untuk dilewati.

5 Pusat Oleh-Oleh Jogja Terpopuler

pusat oleh-oleh

Pusat oleh-oleh – Yogyakarta atau sering disebut Jogja merupakan daerah istimewa dan destinasi wisata terfavorit di Indonesia setelah Bali tentunya menawarkan berbagai macam pesona keindahan dan keunikan-keunikan di dalamnya yang membuat kamu yang mengunjunginya menjadi nyaman dan takkan bisa melupakannya. Berbagai jenis wisata banyak ditawarkan di Jogja mulai dari wisata budaya, sejarah, alam sampai wisata minat khusus.

Karna Jogja dikenal sebagai tempat wisata favorit, tentunya Jogja menawarkan berbagai macam oleh-oleh menarik yang banyak dijajakan pada pusat oleh-oleh yang ada di wilayah Jogja.

Daftar Pusat Oleh-oleh Jogja

Dari sekian banyak pusat oleh-oleh di Jogja, terdapat beberapa yang masuk dalam list terpopuler di Jogja. Berikut kami rangkum 5 pusat oleh-oleh terpopuler di Jogja :

  1. Kawasan Malioboro
pusat oleh-oleh
Jalan Malioboro

Malioboro merupakan pusat oleh-oleh paling identik dengan Yogyakarta. Hal itu membuat Malioboro menjadi landmark dan paling sering menjadi tujuan berburu oleh-oleh ketika di Jogja.

Andre The Dragon (Added Sound) clenbuterol for sale enduro force : will it promote muscle mass growth? read now!

Malioboro merupakan pusat perbelanjaan dengan jajanan/kuliner, pakaian dan batik, kerajinan tangan, hingga aneka oleh-oleh khas Jogja di sepanjang jalannya. Bahkan ketika matahari mulai terbenam, daya pikat Malioboro semakin bertambah. Warna-warni lampu di jalan ini semakin memperindah pemandangan kota Jogja. Serta diiringi dengan alunan musik tradisional khas Jawa yang semakin memikat wisatawan.

  1. Pasar Beringharjo
pusat oleh-oleh
Pasar Beringharjo

Pasar Beringharjo ini menjual berbagai pilihan batik khas Jogja, kerajinan seni, makanan, oleh-oleh khas hingga barang antik juga tersedia.

Banyak wisatawan yang menghabiskan waktu disini untuk berbelanja. Karna di pasar ini menjajakan beraneka ragam buah tangan dengan lengkap. Adapun harga yang ditawarkan bervariasi dan kamu juga bisa melakukan proses “tawar menawar”.

  1. Bakpia Pathok 25
Bakpia Pathok 25

Bakpia Pathok menjadi salah satu buah tangan populer yang paling diincar. Bakpia Pathok 25 merupakan tujuan utama kaitannya dengan aneka oleh-oleh khas Jogja. Bagi warga Jogja, tempat itu begitu melegenda, hingga banyak masyarakat yang dengan mudah memberikan petunjuk arah ke lokasi ini kepada setiap turis yang bertanya. Usaha ini berdiri sejak 1948 dan diwariskan secara turun-temurun. Bakpia Pathok 25 ini berlokasi di Jl. AIP II KS Tubun, Desa Pathuk (persis di belakang Jl. Malioboro).

Sekarang Bakpia Pathok 25 ini sudah memiliki lima cabang yang tersebar di kota Jogja. Keunikan yang dimiliki pusat oleh-oleh ini adalah kamu bisa menyaksikan langsung pembuatan bakpia pathok di pabriknya. Toko Bakpia Pathok 25 ini menyediakan berbagai oleh-oleh khas Jogja seperti Bakpia, Yangko, Geplak dan masih banyak lagi.

Selain itu, pusat oleh-oleh ini juga menjual produk bakpia berbagai varian rasa seperti original, kacang hijau, keju, coklat, nanas, durian, ubi ungu dan kacang merah. Adapun harga satu kotak bakpia ini adalah Rp. 30.000 sampai Rp. 35.000.

  1. Dagadu Jogja
Dagadu Jogja

Jogja memiliki brand fashion yang sudah cukup populer yaitu Dagadu Jogja. Dagadu menjual kaos bermacam desain yang unik dengan harga yang terjangkau. Ciri khas produk ini terletak pada desain dengan tulisan kata-kata humor, kritis dan berbeda dari yang lain.

Tidak hanya menjual kaos, pusat oleh-oleh Jogja satu ini menjual produk lain sebagai oleh-oleh khas Jogja. Bagi wisatawan yang mencari buah tangan unik bisa mampir ke Dagadu Jogja.

  1. Desa Wisata Kasongan 
Desa Wisata Kasongan

Kalau kamu mau cari barang kerajinan, mungkin kamu perlu datang ke Desa Wisata Kasongan. Karena disini kamu bisa melihat berbagai macam aneka barang kerajinan berupa gerabah dan barang antik yang diproduksi sendiri oleh warga Kasongan.

Semua gerabah dan produk-produk yang ada disini dibuat sendiri oleh warga menggunakan tanah liat sebagai bahan dasarnya. Nah, kalau kamu penasaran sekali dengan proses pembuatannya, coba pergi ke Desa Wisata Kasongan yang berlokasi di Jalan Raya Kasongan. Selain gerabah, kamu juga bisa menemukan peralatan masak atau vas bunga

Nah, itu dia 5 pusat oleh-oleh Jogja terpopuler. Kalau kamu sudah tahu pusat oleh-oleh Jogja yang terpopuler, kamu juga harus tahu juga pusat oleh-oleh satu ini yang pastinya populer dan asyik banget untuk dikunjungi yaitu Teras Malioboro 1

Sekilas Teras Malioboro 1

pusat oleh-oleh
Teras Malioboro 1

Jika kita berkunjung ke Yogyakarta, disana terdapat tempat yang merupakan ikon wisata belanja terbaru yang lokasinya tepat di salah satu destinasi wisata terfavorit di Yogyakarta yaitu Kawasan Jalan Malioboro. Tempat itu tak lain adalah Kawasan Teras Malioboro 1 yang merupakan tempat relokasi seluruh pedagang kaki lima (PKL) yang sebelumnya berjualan di sepanjang Jalan Malioboro.

Kawasan Teras Malioboro 1 ini diresmikan pada tanggal 26 Januari 2021 oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X bersama Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi dalam acara “Wilujengan” dan menempati eks gedung bioskop Indra yang berlokasi di Jalan Margomulyo seberang pasar Beringharjo.

Dengan arsitektur bangunannya yang megah dihiasi ornamen tradisional Yogyakarta, serta dengan halamannya yang cukup luas dan rapi. Membuat Kawasan Teras Malioboro 1 ini menjadi pilihan yang tepat untuk dikunjungi oleh masyarakat dan wisatawan dalam rangka berbelanja, berswafoto, dan bahkan hanya untuk sekedar bersantai ria saja menikmati kenyamanan Yogyakarta.

Bertemakan industrial modern, Kawasan Teras Malioboro 1 adalah tempat berbelanja yang nyaman dan bersih dilengkapi dengan eskalator, lift, spot menikmati kuliner dan spot foto yang estetik serta instagramable. Agar lebih nyaman, pengunjung dapat mencatat lokasi-lokasi parkir yang berdekatan dengan Kawasan Teras Malioboro 1. Kantong parkir di Jalan Beskalan, Parkir Selatan Pasar Beringharjo, Parkir depan Taman Pintar, Parkir depan Shopping Center-TBY, adalah rekomendasi tempat parkir motor dan mobil pribadi terdekat dari Teras Malioboro 1.

Kawasan Teras Malioboro 1 ini ditempati oleh berbagai macam PKL yang banyak menawarkan berbagai macam jenis dagangan yang pastinya akan membuat tertarik para pengunjung untuk membelinya. Mulai dari aneka kuliner tradisional Yogyakarta, cemilan, sampai makanan khas Timur Tengah seperti kebab.

Kemudian para PKL di Kawasan Teras Malioboro 1 ini juga pastinya banyak menawarkan berbagai macam produk yang unik dan menarik seperti pakaian tradisional khas Jawa mulai dari batik, sorjan, blangkon, dan tidak ketinggalan juga para PKL di Kawasan Teras Malioboro 1 yang juga banyak menawarkan berbagai macam aneka T-Shirt bertemakan Yogyakarta.

T-Shirt yang banyak ditawarkan para PKL ini juga berkualitas baik dengan desain yang kekinian dan sangat cocok untuk dipakai oleh para kawula muda. Tak ketinggalan juga, berbagai macam aksesoris dan souvenir yang ditawarkan seperti aneka macam kerajinan kulit seperti dompet dan sabuk, gantungan kunci, hiasan dalam ruangan, serta berbagai macam miniatur yang berkaitan dengan Yogyakarta dan otomotif.

Setiap hari, Kawasan Teras Malioboro 1 ini ramai dikunjungi oleh berbagai macam pengunjung baik dari masyarakat Yogyakarta, wisatawan dari berbagai macam daerah di Nusantara, bahkan wisatawan mancanegara. Sejak pertama didirikannya, Kawasan Teras Malioboro 1 ini diharapkan dapat memajukan sektor UMKM di Yogyakarta terutama dengan adanya program unggulan Dinas  Koperasi dan UKM DIY yaitu SiBakul Jogja.