Sampah menempati peringkat nomor satu dalam 10 masalah besar lingkungan di Indonesia. Berdasarkan data Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia menghasilkan 67,8 juta ton sampah pada tahun 2020. Dalam hal pengelolaan sampah, jaringan dan pelaku daur ulang di Indonesia cukup panjang, yaitu mulai dari tahap pengumpulan hingga menjadi produk, dan hal tersebut melibatkan banyak pihak. Untuk lebih meningkatkan penglolaan sampah, perlu adanya dukungan dari sisi teknologi maupun inovasi.
Jenis sampah di Indonesia dibedakan menjadi jenis sampah organic, plastic, kertas, logam karet, kaca dan lain-lain. Sedangkan menurut sumbernya, penghasil sampah berasal dari rumah tangga, pasar tradisionla, kawasan komersial, fasilitas publik, sekolah, jalan, dan sebagainya. hasil analisis Kompas menemukan bahwa setiap orang di Indonesia rata-rata membuang makanan setara Rp 2,1 juta per tahun. Nilai sampah makanan di Indonesia mencapai Rp 330 triliun per tahun. Untuk itu diperlukan penanganan sampah secepatnya.
Balai Layanan Bisnis UMKM DIY menyelenggarakan pelatihan pemilahan sampah dan pemanfaatannya bagi customer services dan tenant Teras Malioboro 1. Pelatihan ini diselenggarakan pada hari Rabu dan Kamis, 6 dan 7 Juli 2022 di Gedung Cirebon. Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka mewujudkan lingkungan minim sampah (zero waste) dalam pengelolaan sampah di Teras Malioboro 1. Kegiatan ini sebagai pilot project bersama dengan Moseum Of Antroposen dalam mempromosikan ekonomi sirkular berbasis komunitas. Moseum Of Antroposen merupakan hasil gagasan dari Indonesian Upcycle Forum yang didukung penuh oleh Goethe-Institut Indonesia dan German Federal Foreign Office. Museum yang dibangun di area Dam Side Piyungan ini membuka harapan bagi pemanfaatan sampah juga harapan bagi masyarakat sekitar untuk dapat belajar mengolah sampah hingga dapat membantu memajukan perekonomian warga sekitar.
Sasaran penyelenggaraan pelatihan ini adalah para petugas kebersihan dan para pelapak (tenant) di lingkungan Teras Malioboro 1. Metode pengolahan sampah menggunakan metode 3R (Reduse, Reuse, Recycle) sehingga meminimalkan volume sampah yang terbuang di tempat pembuangan akhir sampah. Materi yang disampaikan meliputi materi kegiatan peningkatan pengetahuan (edukasi), pelatihan pemilahan sampah, pendampingan dan pemantauan proses pemilahan sampah serta pengambilan sampah dari Teras Malioboro I ke gudang TM Sampah.
Sampah dipilah berdasarkan jenisnya yaitu sampah organic dan sampah anorganik. Sampah organic dibedakan menjadi 3 jenis yaitu yang bersifat lunak, cair dan keras. Hasil olahan sampah organic berupa produk-produk yang sangat bermanfaat bagi sector pertanian (kompos, kasgot, eco enzyme, bio pestisida, arang aktif dan lain-lain), sector peternakan (tepung pellet, activator pakan), produk sanitasi/kebersihan (biofilter, pembersih wc/lantai), produk bio energi (bio diesel, bio gas, bio briket), bahan industry, kosmetik dan bangunan (pengawet kayu, biofarmaka, meuble, dan kerajinan).
Teras Malioboro 1 bersinergi dengan TM Sampah dan Moseum Of Antroposen dalam usaha mewujudkan pengelolaan sampah yang memiliki nilai akhir positif bagi banyak pihak, khususnya dapat mewujudkan Teras Malioboro 1 sebagai bagian dari instansi yang memiliki perhatian khusus terhadap isu sampah dunia. Teras Malioboro 1 berharap dapat menjadi kebanggaan tanggung jawab pengelolaan sampah yg pada jalur hilir akhir bermanfaat, baik sebagai hasil olahan sampah yang mewujudkan kesejahteraan masyarakat antara lain dari nilai jual maggot, pupuk serta output eco enzym, maupun menjadi bagian terwujudnya kampanye pengelolaan sampah dalam bentuk Monumen yang di jalankan oleh Moseum Of Antroposen.
Tujuan kegiatan pengelolaan sampah Teras Malioboro 1 dengan melibatkan TM sampah dan Moseum of Antroposen adalah pemanfaatan sampah sebagai bahan baku daur ulang, bahan baku kerajinan (bata plastic), pakan ternak maggot bsf, dan bahan baku kompos padat serta cair. Dengan adanya kegiatan ini maka diharapkan mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi dengan mempertahankan nilai produk, bahan dan sumberdaya dalam perekonomian selama mungkin, sehingga meminimalkan kerusakan sosial dan lingkungan yang disebabkan oleh pendekatan ekonomi lama yang linear.